Tren Market dan Perkembangan Industri E-commerce di Masa Pandemi
Pertumbuhan Online shop di Indonesia belakang ini terus tumbuh dan menjamur. Jumlah penduduk yang lebih dari 269 juta jiwa ternyata menjadikan Indonesia sebagai pangsa pasar terbesar di Asia Tenggara bagi para pemain e-commerce. Bagaimana tidak? Dengan sekitar 130 juta penduduk terhubung ke internet dan pengguna smartphone yang jumlahnya lebih dari 70 juta orang, bisnis e-commerce di Indonesia mengalami perkembangan sangat pesat. Menurut Ketua Umum Asosiasi e-Commerce Indonesia (idEA), Ignatius Untung S., dalam empat tahun terakhir pertumbuhan e-commerce mencapai 500 persen.
Dari data di atas ini menunjukkan bahwa ada ratusan ribu online shop tumbuh dalam perhari. Hal ini menunjukkan bahwa bisnis online shop adalah salah satu bisnis masa depan yang dapat menjadi motor dalam pendongkrak pendapatan laba penjualan. Melihat perkembangan dunia saat ini, yang mana dunia saat ini telah mengalami pandemi Covid 19 mempengaruhi berbagai sektor dalam dan luar negeri. hampir semua bidang perekonomian lumpuh total akibat pandemi ini, membuat perekonomian Indonesia terjun bebas. Berdasarkan pertumbuhan dari tahun ke tahun, sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan 1 2020 terbesar pada sektor informasi dan komunikasi sebesar 0,53 persen. Hal ini cukup bisa dimaklumi mengingat dengan adanya anjuran dari pemerintah untuk “di rumah saja” maka banyak orang menjalankan pekerjaan, hiburan dan pendidikan melalui teknologi informasi.
Berdasarkan analisa data yang dikeluarkan oleh The Singapore University of Technology and Design dengan menggunakan metode estimasi pandemi, Susceptible Infected Recovered (SIR) dengan Data Driven Estimation (DDE), maka diperkirakan puncak pandemi di Indonesia akan terjadi pada 19 April 2020 dan diperkirakan akan berakhir secara total pada akhir Juli 2020.
Pendemi Serta Hikmah Tren E-commerce
Menghadapi kondisi pandemi serta tuntutan kebutuhan hidup yang terus berlanjut membuat masyarakat mencari cara lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Terutama sektor perdagangan yang mana masyarakat yang dahulu terbiasa berbelanja ke pasar tradisional dan mall kini pun harus merubah kebiasaan itu dengan kebiasaan baru yaitu berbelanja secara elektronik. Pandemi COVID-19 yang merebak di negara-negara, upaya isolasi dan self-distancing pun gencar dilakukan oleh masyarakat. Perusahaan-perusahaan mendorong karyawan untuk bekerja dari rumah (work from home), sekolah dan perkuliahan dipindah ke online, dan masyarakat semakin menolak untuk pergi ke tempat umum dan kerumunan. Namun masyarakat tetap perlu memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan di sinilah COVID-19 berdampak pada e-commerce.
Masyarakat semakin menghindari tempat umum dan toko ritel offline, sehingga penjualan online untuk beberapa sektor meningkat. Dilansir dari neilpatel.com, conversion untuk sektor makanan, kesehatan, dan farmasi meningkat signifikan. Sektor makanan mengalami peningkatan 55%, kesehatan 19%, dan farmasi 11%. Di Amerika Serikat sendiri, penjualan online diprediksi akan mengalami peningkatan hingga 12% dari total spending-nya di 2020.
Biasanya, cart abandonment disebabkan oleh proses check out yang rumit atau pertimbangan harga. Namun saat ini, perubahan demand menjadi faktor utama cart abandonment. Semakin banyak masyarakat yang lebih memilih kebutuhan sehari-hari dari pada kebutuhan tersier. Ada sektor yang lebih banyak di-demand dari pada yang lain. Survey SalesCycle.com menunjukkan bahwa cart abandonment untuk beberapa sektor yang esensial justru menurun, seperti sektor asuransi yang mengalami penurunan 11% dibandingkan tahun lalu. Di sisi lain, cart abandonment untuk sektor fashion meningkat 0,95% dan otomotif 8,7%.
Masyarakat dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan dan menjauhkan tangan dari wajah karena pandemi COVID-19. Karenanya, penjualan online kebutuhan untuk proteksi virus seperti hands sanitizer, masker, sarung tangan, dan spray desinfektan meningkat hingga 817% (Adobe, 2020). Untuk kebutuhan di rumah, masyarakat AS juga membeli secara online dan menyetok obat-obatan generik untuk batuk dan flu, yang penjualannya meningkat 198%.
Dikutip dari Nielsen, peran teknologi tidak akan berhenti sampai sini untuk kebutuhan e-commerce. Saat ini, masyarakat sudah semakin terbantu dengan teknologi, baik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan berbelanja online, ataupun mendapatkan informasi terkait COVID-19. Kemkominfo juga menggaet Gojek dan Halodoc untuk menciptakan uji risiko COVID-19 di dua platform tersebut.
Di tengah pandemi ini, customers semakin mengandalkan layanan dan jasa e-commerce. Semakin banyak customer akan mulai berbelanja kebutuhan secara online walaupun sebelumnya tidak pernah. Pengusaha ritel akan semakin mengadopsi teknologi untuk memenuhi kebutuhan customer, bahkan setelah pandemi berakhir.